Senin, 05 Januari 2015

KEUTAMAAN BANGUN DAN SHOLAT MALAM

SHOLAT MALAM
----==oOo==----

Diantara ayat Alquran dan hadist Nabi Saw yang menyebutkan tentang keutamaan bangun di waktu malam hari dan melakukan sholat malam itu ialah Firman Allah yang berbunyi :

تتجا فى جنو بهم عن المضا جع يد عون ربهم خوفا وطمعا ومما رزقنهم ينفقون. الثجده ؛ ١٦

"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya sedang mereka berdoa kepada Allah dengan rasa takut dan harapan dan mereka menafkahkan sebagian dari hartanya yang Kami berikan kepada mereka."
(As Sajdah :16)

والذين يبيتون لربهم سجدا وقياما. الفر قان :٦٤

"Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka."
(Al furqaan : 64)

كانوا قليلا منالليل ما يهجعونوبالاسحارهم يستغفرون وفى اموالهم حق للسا ئل والمحروم. الذاريات : ١٧-١٨

"Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah)."
(Adz Dzariyaat : 17-18)

Adapun Hadits Nabi Muhammad Saw yang ada hubungannya dengan keutamaan bangun di waktu malam itu ialah :

Sabda Rasulullah Saw :

ركعتان ير كعهماالعبدفى حوف الليل خيرله من الد نياومافيها. (رواه ادوانى ابو عباس)

"Dua rakaat yang dilakukan oleh seorang hamba di tengah-tengah malam itu adalah lebih baik dari pada dunia ini beserta isinya".
(HR. Adam Bin Abu Abbas).

ان من الليل ساعة لايوا فقهما عبد مسلم يسال الله تعالى خيراالااعطام اياه وذلك كل ليله. (رواه مسلم).

"Sesungguhnya dari sebagaian waktu malam itu ada suatu saat yang tiada menyamai kebaikannya bagi seorang muslim untuk memohonkan sesuatu yang baik kepada Allah Ta'ala, melainkan oleh Allah pasti akan dikabulkan. Demikian itu ada setiap malam".
(HR. Muslim).

عليكم بقيام الليل فانه داب الصالحين قبلكم. (رواه الترمذى).

"Hendaklah kamu semua melakukan sholat di waktu malam, sebab yang demikian itu adalah perilaku orang-orang yang shalih sebelum kamu".
(HR. Turmudzi).

Adapun yang menjadi penyebab mudah dan malasnya seorang muslim itu untuk melakukan sholat malam atau bangun di malam hari itu adalah :

1. Jangan terlalu banyak makan, sebab dengan begitu banyak makan tentulah akan banyak pula minumnya dan jika sudah demikian maka akan berpengaruh dengan kantuk dan tidur. Dengan demikian lalu akan merasa malaslah atau berat untuk melakukan sholat di waktu malam.

2. Jangan meninggalkan tidur siang sekalipun itu sebentar atau sedikit. Sebab hal itu akan membantu untuk menggiatkan bangun di malam hari.

3. Hendaklah di insyafi dengan benar dan yakin betapa pentingnya menjaga sholat di waktu malam dengan bersungguh sungguh, dan memperhatikan ayat ayat serta hadist yang mengatakan tentang hal itu. Dengan tertanam nya kesadaran dengan sedemikian ini secara mendalam, maka akan kokohlah keinginan nya serta besar pulalah harapan dan kerinduannya akan pahala yang di berikan Allah Ta'ala. Bahkan apabila perasaan demikian itu telah mendalami dan benar, maka kerinduan nya itu akan melonjak tinggi sehingga makin ingin mendapatkan tambahan dan ingin sekali mendapatkan tingkat tertinggi di dalam Surga.

4. Inilah pengaruh yang sangat besar dan utama sekali dalam hal ini yaitu Kecintaannya Kepada Allah Ta'ala, kuatnya imam dan keyakinan bahwa diwaktu melakukan sholat malam itu ia dapat bercakap cakap dengan Allah Azza Wa Jalla secara lebih langsung dan dekat. Jadi tidak satu huruf pun yang diucapkan oleh bibirnya melainkan ia merasa bahwa benar benar bermunajat kepada Allah. Selain dari itu juga ia meyakinkan bahwa Allah akan mendengar dan melihat apa saja yang ada didalam diri nya, dan apa saja yang ia inginkan sehingga Allah akan mengabulkan setiap Permohonan nya.

Kesimpulannya :

Pentingnya mendidik diri sendiri untuk melakukan sholat di waktu malam itu, karena dengan demikian kita akan lebih mengenal dan mencintai Sang Pencipta kita yaitu Allah Swt.

Dan menyadari betapa kita membutuhkan pertolongan Allah akan kelangsungan hidup kita baik didunia maupun diakhiratNya. Sehingga kita luluh dan terlepas akan sikap sombong dan dengki hati juga terbebas dari Akhlak yang buruk, yang dapat menjauhkan hati kita terutama kepada Allah Ta'ala.

Oleh sebab itu, kita sebagai manusia yang daif akan merasa lebih nyaman dan juga merasa bahwa benar benar ingin mencintai Allah sebagai Tuhan yang wajib kita sembah.

Maka dengan rasa demikian akan timbul rasa kelezatan bermunajat dengan Dzat yang kita cintai, dan merasa ingin terus dan terus mendekatkan diri kita kepada Allah Swt.

Demikian lah, sedikit catatan kecil yang dapat penulis jabarkan mengenai "Keutamaan Bangun Di Malam Hari" untuk melakukan sholat dan beribadah guna meningkatkan kualitas iman kita hanya kepada Allah Swt.

Semoga bermanfaat terutama bagi penulis sendiri dan untuk para pembaca yang budiman. Semoga Allah selalu memberikan kita Hidayah Nya dan keberkahan Nya dalam kehidupan kita sehari hari hingga Akhirat yang kekal lagi abadi. Amiin ya rabbal 'alamiin.

---==oOo==---
Teuku Al Khalidy (Waled)

KETENTUAN SHALAT DHUHA BERJAMAAH

SHALAT DHUHA BERJAMAAH atau HUKUM SHALAT SUNNAH BERJAMAAH

Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakaatuh..

Ustad, afwan mau Tanya: Bagaimana hukum shalat dhuha berjamaah? Boleh dilakukan apa tidak? Jika boleh apa menggunakan bacaan jahr atau sir ? terima kasih atas jawabannya ustad dan jazakumullah khairan katsiran.

Jawab:
Wa'alaikum Salam Warrahmatullahi Wabarakaatuh...!!!

Segala puji hanya milik Allah semata dan semoga shalawat beriring salam senantiasa tersampaikan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam.

Berjamaah pada shalat nafilah (selain wajib) tidaklah dianjurkan. Kecuali pada shalat-shalat yang senantiasa dilakukan Nabi shallallahu alaihi wasallam dengan berjamaah. Seperti shalat gerhana matahari dan bulan, shalat istisqa’, shalat dua hari raya dan shalat tarawih.

Adapun yang selain itu maka shalat nafilah tidak dianjurkan dikerjakan secara berjamaah seperti shalat dhuha dan qiyamullail selain tarawih. Namun boleh dilakukan terkadang-kadang tanpa dijadikan rutinitas.

Imam Nawawi rahimahullah dalam Al-Majmu’ syarh Al-Muhadzdzab (3/548) berkata:

” قد سبق أن النوافل لا تشرع الجماعة فيها إلا في العيدين والكسوفين والاستسقاء , وكذا التراويح والوتر بعدها ….
وأما باقي النوافل كالسنن الراتبة مع الفرائض والضحى والنوافل المطلقة فلا تشرع فيها الجماعة , أي لا تستحب , لكن لو صلاها جماعة جاز , ولا يقال : إنه مكروه وقد نص الشافعي رحمه الله على أنه لا بأس بالجماعة في النافلة ، ودليل جوازها جماعة أحاديث كثيرة في الصحيح منها حديث عتبان بن مالك رضي الله عنه ” أن النبي صلى الله عليه وسلم جاءه في بيته بعدما اشتد النهار ومعه أبو بكر رضي الله عنه فقال النبي صلى الله عليه وسلم : أين تحب أن أصلي من بيتك ؟ فأشرت إلى المكان الذي أحب أن يصلي فيه فقام وصفنا خلفه ثم سلم وسلمنا حين سلم ” رواه البخاري ومسلم , وثبتت الجماعة في النافلة مع رسول الله صلى الله عليه وسلم من رواية ابن عباس وأنس بن مالك وابن مسعود وحذيفة رضي الله عنهم , وأحاديثهم كلها في الصحيحين إلا حديث حذيفة ففي مسلم فقط , والله أعلم ” انتهى .

Artinya:
Telah dijelaskan bahwa shalat nafilah tidak ada syariat untuk dikerjakan secara berjamaah selain shalat dua hari raya, shalat dua gerhana, shalat istisqa’, shalat tarawih, dan shalat witir.

Adapun shalat-shalat nafilah yang lain seperti shalat sunnah rawatib yang dikerjakan bersamaan dengan shalat wajib, juga shalat dhuha dan shalat nafilah mutlak maka tidak disyariatkan dengan berjamaah. Maksudnya tidak dianjurkan. Tapi jika dikerjakan secara berjamaah maka boleh dilakukan. Dan tidak dikatakan: hal itu hukumnya makruh.

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah telah menjelaskan bahwa tidak masalah mengerjakan shalat nafilah dengan berjamaah. Dalil dibolehkannya dengan berjamaah adalah banyak hadis dalam kitab sahih.

Seperti Hadis Itban bin Malik radhiyallahu anhu: Bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam datang ke rumahnya setelah siang yang sangat panas. Beliau datang bersama Abu Bakr RA. Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam bertanya: “Dimana engkau ingin saya shalat dalam rumahmu?” maka saya memberi isyarat tempat yang saya ingin beliau mengerjakan shalat di situ. Beliau pun berdiri dan kami berbaris di belakangnya. Kemudian beliau berucap salam dan kami pun bersalam setelah beliau salam.”Hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim.

Juga terdapat hadis sahih tentang berjamaah dalam shalat nafilah bersama Rasulullah SAW dari riwayat Ibnu Abbas, Anas bin Malik, Ibnu Mas’ud, dan Hudzaifah radhiyallahu anhum. Seluruh Hadis mereka terdapat dalam Ash-Sahihain. Kecuali hadis Hudzaifah maka hanya diriwayatkan imam Muslim. Allahu a’lam.” Sampai sini perkataan imam An-Nawawi.

Ibnu Qudamah rahimahullah berkata dalam Al-Mughni (1/442):

” يجوز التطوع جماعة وفرادى ; لأن النبي صلى الله عليه وسلم فعل الأمرين كليهما , وكان أكثر تطوعه منفردا , وصلى بحذيفة مرة , وبابن عباس مرة , وبأنس وأمه واليتيم مرة , وأم أصحابه في بيت عتبان مرة , وأمهم في ليالي رمضان ثلاثا , وسنذكر أكثر هذه الأخبار في مواضعها إن شاء الله تعالى , وهي كلها صحاح جياد ” انتهى.

Artinya:
“Shalat tatawu’ (nafilah) boleh dilakukan dengan berjamaah atau sendiri-sendiri. Karena Nabi shallallahu alaihi wasallam mengerjakan masing-masing keduanya. Tetapi kebanyakan shalat tatawu’ yang beliau kerjakan adalah sendirian. Beliau pernah shalat tatawu’ bersama dengan Hudzaifah. Pernah dengan Ibnu Abbas. Dan pernah juga bersama Anas, ibunya, dan anak yatim. Beliau juga pernah mengimami para sahabat dalam rumah Itban. Juga mengimami para sahabat pada malam-malam ramadhan sebanyak tiga kali. Kami akan menyebutkan dalil-dalil masalah ini pada tempatnya insya Allah dan semuanya adalah Hadis sahih yang bagus.” Sampai sini perkataan ibnu Qudamah.

Syaikh Ibnul Utsaimin rahimahullah pernah ditanya: Bagaimana hukum shalat nafilah dengan berjamaah, seperti shalat dhuha misalnya?

Beliau menjawab:

“صلاة النافلة جماعة أحياناً لا بأس بها ، لأن النبي صلى الله عليه وسلم صلى جماعة في أصحابه في بعض الليالي فصلى معه ذات مرة عبد الله بن عباس رضي الله عنهما ، وصلى معه مرة عبد الله بن مسعود رضي الله عنه ، وصلى معه مرة حذيفة بن اليمان رضي الله عنه ….والحاصل : أنه لا بأس أن يصلي الجماعةُ بعض النوافل جماعة ، ولكن لا تكون هذه سنة راتبة كلما صلوا السنة صلوها جماعة ؛ لأن هذا غير مشروع ” انتهى من “مجموع فتاوى ابن عثيمين” (14/232)

Artinya:
“Shalat nafilah secara berjamaah yang dilakukan kadang-kadang adalah tidak masalah dilakukan. Karena Nabi shallallaahu alaihi wasallam pernah mengerjakan shalat nafilah secara berjamaah bersama para sahabat pada beberapa malam. Beliau pernah shalat bersama Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma. Pernah shalat bersama Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu. Dan pernah shalat bersama Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu anhu. Intinya: Shalat nafilah tidak menjadi masalah dilakukan dengan berjamaah, jika dilakukan kadang-kadang. Tapi tidak boleh dijadikan sebagai suatu keharusan yang setiap melakukannya kita mengerjakannya dengan berjamaah. Karena ini tidak disyariatkan.” (Diambil dari Majmu’ fatawa Ibni Utsaimin, 14/232)

Dan pada dasarnya shalat-shalat yang dilakukan pada siang hari, adalah dibaca dengan bacaan sir (tidak keras). Karena itu siapa saja yang mengerjakan shalat dhuha berjamaah bersama kaum muslimin, maka harus bersuara pelan.

Wallahu A'lam..